Selasa, 03 Juni 2014

Bella, Edward & Jacob in My Village (part 1)

Aku adalah Jacob yang tumbuh besar bersama “Bella ” di kampungku (sangat jauh sekali dari kota Forks). Edward adalah seseorang yang dikenal “Bela” setelah dia dewasa di suatu kota yang juga masih sangat jauh dari kota Fork.
Aku dan “Bella” sering belajar bersama, belajar agama, bersama teman2 aku/Jacob, di bawah bimbingan seorang guru kami dan masih di tempat yang sangat jauh dari Forks, di kampung kami yang bahkan google map pun tidak/belum memuatnya hingga kini (kurang dari sebulan menjelang debut Neymar di piala dunia brasil), hanya sebuah titik desa bukan kampung yang terekam google. Namun tertera letak geografisnya -6.607301, 107.657032
Aku dan “Bella” beda satu tingkat (kelas), kami berbeda sekolah ketika di  primary school (red. SD-Sekolah Dasar). Tak banyak cerita yang terekam ketika itu, hanya saja ketika kami berpapasan menjelang berangkat sekolah pukul 6 – 6.45 p.m. EST dan ketika kami belajar agama bersama, malam hari sehabis isya  pukul 00 – 1.30 p.m GMT, curi-curi pandang antara kami telah berlaku.  Tapi mungkin karena energy yang kami miliki belum cukup kuat untuk mengeksitasi “rasa” agar terbebas dari energy ambang norma-adat-kekakuan-malu atau apapun itu yang biasa/bisa membelenggu anak usia 11-12 tahun di pertengahan tahun 90an, di kampung yang ketika itu masih menggunakan sumber listrik mikcohydro, yang voltasenya suka turun ketika musim kemarau karena debit airnya berkurang, di kampung yang kala itu tidak lebih 20% penduduknya memiliki televisi, dan mungkin 0,…1 % penduduknya yang tahu internet, di suatu masa ketika Zuckerberg & Priscilla Chan masih SD, masa dimana blackberry messenger yang harga sahamnya kini telah turun lebih dari 90% dari harga tertingginya (red-tanda kebangkurtan) belum terpikirkan untuk dibuat, dan satu kuanta kata (red-cinta) saja tidak tercipta. Hanya aku merasa  saat itu telah ada gaya tarik setara gravitasi newton antara dua massa identik (bobot kami relative sama), yang kian kuat ketika kami berdekatan.
Ketika masuk Level junior secondary school (red-SMP), kami di sekolah yang sama. Dan tetap energy ambang nya masih terlalu kuat dan tak ada satu kuanta kata sakti (red-cinta) terlepas dari hati kami. Ada kejadian unik-lucu atau entah apa istilahnya, ketika kami pulang sekolah, di tengah perjalanan ada hujan badai, setara badai Topan Katrina yang terlokalisasi pada satu pohon, sehingga pohon tersebut sampai tumbang, tercabut dari akarnya, pohon berdiameter seukuran 2x  botol air kemasan 1500 ml tumbang melintang menghalangi jalan bus sekolah kami (red-omprengan spesialis anak sekolah). Entah energy dari mana ketika pak supir bersabda agar pohon harus disingkirkan, aku merupakan jajaran anak laki-laki yang bersemangat menerjang badai untuk mengangkat-menyingkirkan pohon penghalang, entah, mungkin karena ada “Bella” duduk di agak dekat dengan ku, tatapanya seperti menrecharge semangatku tanpa kabel hanya dengan induksi melalui tatapanya, sungguh dahsyat kekuatan itu.  Tapi ternyata kekuatan yang bersumber pada energy yang ditransfer secara wireless  tadi belum cukup, ketika aku terlalu bersemangat mengangkat pohon penghalang, aku sempat terjepit, tak bisa lepas sampai ada kawan membantunya. Ternyata ketika melakukan sesuatu yang membutuhkan kekuatan fisik, kekuatan hati saja tidaklah cukup.

Selama 2 tahun kebersamaan di SMP, aku terlalu focus dengan kegiatan kesiswaan, tapi tetap ketika kami pulang-bertemu di kampung halaman kami merasa deka. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar