Aku adalah Jacob yang tumbuh besar bersama “Bella ”
di kampungku (sangat jauh sekali dari kota Forks). Edward adalah seseorang yang
dikenal “Bela” setelah dia dewasa di suatu kota yang juga masih sangat jauh
dari kota Fork.
Aku dan “Bella” sering belajar bersama, belajar agama,
bersama teman2 aku/Jacob, di bawah bimbingan seorang guru kami dan masih di
tempat yang sangat jauh dari Forks, di kampung kami yang bahkan google map pun
tidak/belum memuatnya hingga kini (kurang dari sebulan menjelang debut Neymar
di piala dunia brasil), hanya sebuah titik desa bukan kampung yang terekam
google. Namun tertera letak geografisnya -6.607301, 107.657032
Aku dan “Bella” beda satu tingkat (kelas), kami berbeda
sekolah ketika di primary school (red.
SD-Sekolah Dasar). Tak banyak cerita yang terekam ketika itu, hanya saja ketika
kami berpapasan menjelang berangkat sekolah pukul 6 – 6.45 p.m. EST dan ketika
kami belajar agama bersama, malam hari sehabis isya pukul 00 – 1.30 p.m GMT, curi-curi pandang
antara kami telah berlaku. Tapi mungkin
karena energy yang kami miliki belum cukup kuat untuk mengeksitasi “rasa” agar
terbebas dari energy ambang norma-adat-kekakuan-malu atau apapun itu yang biasa/bisa
membelenggu anak usia 11-12 tahun di pertengahan tahun 90an, di kampung yang
ketika itu masih menggunakan sumber listrik mikcohydro, yang voltasenya suka
turun ketika musim kemarau karena debit airnya berkurang, di kampung yang kala
itu tidak lebih 20% penduduknya memiliki televisi, dan mungkin 0,…1 %
penduduknya yang tahu internet, di suatu masa ketika Zuckerberg & Priscilla
Chan masih SD, masa dimana blackberry messenger yang harga sahamnya kini telah
turun lebih dari 90% dari harga tertingginya (red-tanda kebangkurtan) belum
terpikirkan untuk dibuat, dan satu kuanta kata (red-cinta) saja tidak tercipta.
Hanya aku merasa saat itu telah ada gaya
tarik setara gravitasi newton antara dua massa identik (bobot kami relative
sama), yang kian kuat ketika kami berdekatan.
Ketika masuk Level junior secondary school (red-SMP), kami
di sekolah yang sama. Dan tetap energy ambang nya masih terlalu kuat dan tak
ada satu kuanta kata sakti (red-cinta) terlepas dari hati kami. Ada kejadian
unik-lucu atau entah apa istilahnya, ketika kami pulang sekolah, di tengah
perjalanan ada hujan badai, setara badai Topan Katrina yang terlokalisasi pada
satu pohon, sehingga pohon tersebut sampai tumbang, tercabut dari akarnya,
pohon berdiameter seukuran 2x botol air
kemasan 1500 ml tumbang melintang menghalangi jalan bus sekolah kami
(red-omprengan spesialis anak sekolah). Entah energy dari mana ketika pak supir
bersabda agar pohon harus disingkirkan, aku merupakan jajaran anak laki-laki
yang bersemangat menerjang badai untuk mengangkat-menyingkirkan pohon
penghalang, entah, mungkin karena ada “Bella” duduk di agak dekat dengan ku,
tatapanya seperti menrecharge semangatku tanpa kabel hanya dengan induksi
melalui tatapanya, sungguh dahsyat kekuatan itu. Tapi ternyata kekuatan yang bersumber pada
energy yang ditransfer secara wireless
tadi belum cukup, ketika aku terlalu bersemangat mengangkat pohon
penghalang, aku sempat terjepit, tak bisa lepas sampai ada kawan membantunya.
Ternyata ketika melakukan sesuatu yang membutuhkan kekuatan fisik, kekuatan
hati saja tidaklah cukup.
Selama 2 tahun kebersamaan di SMP, aku terlalu focus dengan
kegiatan kesiswaan, tapi tetap ketika kami pulang-bertemu di kampung halaman
kami merasa deka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar